"Heart like a book....."

Sebagai orang yang baru menjajaki Ibukota, mau pergi kemana-mana harus tanya sana sini untuk nyari alamat. Berasa Ayu Ting-Ting aja, heee. Dari mulai temen sekantor, tukang ojek, sopir, pedagang. Searching sana-sini. Yang penting jangan malu tanya deh. Sambil belajar mengerti jalanan Jakarta, waktunya share juga nih ke temen-temen yang belum tahu.


Minggu, 02 September 2018

Mamak kenut, Buka bersama Teknokra

Mamak kenut adalah tokoh sentral dalam buku ini, mamak kenut dikenal sebagai tokoh khayalan Lampung yang berciri khas sebagai tokoh yang biasanya membicarakan hal-hal yang tidak biasa dibicarakan oleh orang-orang biasanya.

Mamak kenut yang diperkenalkan kembali oleh Udo Z Karzi ini, merupakan tokoh yang dapat mengekspresikan suasana batin orang Lampung. Diskusi bedah buku  Mamak Kenut  ‘Orang Lampung Punya Celoteh’ dan buka bersama di Unila diadakan Unit Kegiatan Penerbitan Mahasiswa Teknokra Senin, (30-7) di lantai 1 Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa Unila.  Acara ini dihadiri oleh Pembantu Rektor III  Unila Prof Sunarto, Iqbal Hilal, Ketua Pusat Studi Budaya Lembaga Penelitian dan  Budi Santoso Budiman, mewakili Antara Lampung selaku pembahas,  serta pengarang buku Mama Kenut Zulkarnain Zubairi. Kegiatan yang dimoderatori oleh Oki  Haziansyah, mahasiswa Program Doktoral Universitas Diponogoro ini  juga mengundang unit kegiatan mahasiswa internal maupun eksternal.

Dalam perkembangannya, tokoh mamak kenut semakin pudar eksistensinya. Beberapa masyarakat Lampung pun semakin jarang yang mengenal tokoh ini. Untuk memperkenalkannya kembali, Udo Z Karzi, menerbitkan buku “Mamak Kenut, Orang Lampung Punya Celoteh.”
Selain bermaksud untuk mempererat silaturahmi antar-mahasiswa, juga ingin memperkenalkan kembali tokoh yang sempat tak dikenal ini. Sehingga peserta dapat meneladani kepribadian tokoh mamak kenut melalui bedah buku ini.

Pembantu Rektor III Unila Prof. Sunarto mengaku senang diundang dalam kegiatan ini dan mengapresiasi karya Udo Z. Karzi. “Bukan bukunya yang mahal, tapi ide dari suatu karya yang mahal,”

Pemimpin Umum Teknokra Dian Wahyu Kusuma mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk lebih mengenalkan dan melestarikan budaya tradisi budaya lampung, sebagai ajang silatuhrami antar Lembaga Pers Mahasiswa serta alumni UKPM Teknokra Unila, dan sebagai silahturahmi antar mahasiswa di Unila. Penulis  mengawali karir menulisnya melalui Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Teknokra Unila kemudian menjadi wartawan Lampost hingga dapat menulis kolom nuansa. Ia  merupakan wartawan penyair yang pernah menerima Hadiah Sastra Rancage 2008.
Menurut Iqbal Hilal buku ini sangat bagus mengupas tentang sosial politik. “Udo piawai mengungkap, merakit peristiwa dari tokohnya,” tambah Hilal.

Bagi Oki Haziansyah masyarakat Lampung harus berbangga ada seseorang yang berdedikasi menunjukkan kebudayaan Lampung. “Isu-isu dalam buku juga mudah dipahami,” ucap  Oki.
Ada yang menarik dalam kegiatan  ini, sambil menikmati menu berbuka puasa tamu undangan yang hadir dihibur oleh Percussion and Cetik on the street oleh Sanggar Kerti Bhuana. (Teknokra.com)

Sanitasi Buruk, Konsentrasi Belajar Siswa di Sekolah Menurun



Sanitasi Buruk, Konsentrasi Belajar Siswa di Sekolah Menurun
DAERAH aliran sungai (DAS) di kawasan Pasir Gintung, Bandar Lampung tampak sampah berserakan. Pipa paralon menembus bawah tanah menuju sungai itu. Air sungai pada Sabtu (1/9) tak begitu deras.  Tak jauh dari sungai, satu sekolah berdiri di lingkungan kumuh. 
Kebersihan lingkungan turut andil dalam perliku siswa khususnya pada konsentrasi belajar.  Yuli guru di Sekolah swasta di Kelurahan Pasir Gintung, Bandar Lampung itu heran dengan siswa didiknya.  Sejak pagi, kelas baru dimulai, konsentrasi anak-anak untuk belajar dirasa kurang. “Kalau sudah siang okelah, tapi ini masih pagi konsentrasi belajar anak sudah turun,” ujar Yuli, Minggu (2/9). 
“Kalau saya tanya apa ada yang bertanya, siswa banyak bengong, kalau anak cacingan saya belum tahu, tapi konsentrasi belajar siswa emang kurang, Bisa 90% siswa yang kurang kosentrasi belajar,” tuturnya. 
Yuli menilai, masalah sanitasi cukup memprihatinkan dilingukungan sekitarnya.  Meski begitu, tahun lalu masih ada siswanya yang berprestasi. “Kalau kahun ini belum ada,” ujarnya.  

Kamis (30/8) lalu, Yuli bersama empat siswa didiknya mendapat pelatihan tentang sanitasi di Puskesmas.  Pelatihan berbentuk permainan edukasi tentang sanitasi.  Usai mengikuti  pelatihan. Ia ingin membuat duta sanitasi bagi keempat siswa itu.  Ia perhatikan, siswa yang mendapat pelatihan masih belum menanggapi. Yuli menyadari, sekolahnya yang berbatasan dengan aliran sungai dirasa kebersihannya masih kurang. “Disisi kanan dan kiri sekolah agak kumuh,” keluhnya. 
Pedagang kaki lima disekolah juga kurang memeperhatikan keindahan, seperti tidak membuang sampah pada tempatnya.  “Kami sudah menegur, bahwa kalau berjualan tolong sampahnya juga dibawa,” ujar Yuli. 
Ia menjelaskan, beberapa kali pelatihan sanitasi tengah dilakukan disekolahnya. Namun, perhatian siswa ia rasa masih kurang.  “Guru kelas tidak kurangnya memberi perhatian untuk membuang sampah pada tempatnya, siswa juga ada piket kelas,” ujar Yuli.
Ia menjelaskan,  di sekolah juga telah dilakukan kerjabakti tiap bulan sekali di tiap minggu kedua di hari Jumat. 

Warga Pasir Gintung, Inayah menuturkan dirinya sempat tak bisa makan ketika mengahdiri kajian agama rutin di lingkungan rumahnya di kampung empang.  Ia mengaku, sanitasi warga yang buruk, membuat bau tak sedap di sekitar rumah saat kajian. “Maaf, saya tidak makam kue,” ujar Inayah, yang mnegaku  tidak selera makan denagn bau tidak sedap itu. 

Upaya sosialisasi sanitsai bukan hanya di Bandar Lampung saja, di DKI Jakarta upaya semacam pemberdayaan masyarkat tentang pentingnya sanitasi pula telah dilakukan. Seperti kegiatan #brightfuture Volunteer Day yang merupakan rangkaian dari Project Sunlight besutan PT Unilever Indonesia dan menjadi bukti nyata dari dukungan masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap kondisi sanitasi di Indonesia. Adapun, musisi sekaligus aktivis lingkungan Nugie membagi pengetahuannya soal nutrisi yang penting bagi pertumbuhan, termasuk kebiasaan menyikat gigi setiap pagi dan malam hari. Nugie mengatakan, masalah kebersihan bukan hanya berkaitan dengan kurangnya fasilitas, melainkan bisa juga karena kurang kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi bagi kehidupan. (Sindonews.com) 
 https://lifestyle.sindonews.com/read/940201/152/edukasi-sanitasi-di-sekolah-dasar-1419141408


Banner sungai sekitar Kelurahan Pasir Gintung, Bandar Lampung pula telah dipasang. Namun kondisinya tak bisa terlihat karena sudah mulai rusak. Bandar lampung telah mempunyai Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2015
Tentang Pengelolaan Sampah. Isinya, pada pasal 44 menyebutkan setiap orang dilarang membuang sampah di siring, di jalan, dan di sungai.  Sanksi pidana meliputi kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp2 juta. 

Disisi lain, WHO melaporkan, tahun 2008 penyakit terkait air, sanitasi, dan higienis menyumbangkan 3,5 persen dari total kematian di Indonesia. Sementara Riskesdas 2007 menyebutkan, diare menjadi penyebab kematian pertama balita dengan kisaran 25 persen.  "Ternyata, penyakit banyak diakibatkan oleh faktor air yang tidak bersih, dapat menyebabkan diare, kecacingan, tifus, pneumonia, infeksi paru berat, kaki gajah, hingga demam berdarah," jelas Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan dr Imran Agus Nurali SpKO saat jumpa pers Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Tahun 2015 di Kantor Kementerian Kesehatan, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, seperti dikutip okezone.com. 
https://lifestyle.okezone.com/read/2015/10/15/481/1232392/penyakit-akibat-air-kotor-dan-sanitasi-buruk

Dari 100.000 kematian anak usia di bawah lima tahun di Indonesia, 31% disebabkan oleh diare. Penyakit itu muncul akibat buruknya sanitasi atau sistem pengolahan dan pembuangan limbah rumah tangga khususnya manusia.

"Angka riilnya mencapai lebih dari 31.200 balita," kata Direktur Pengembangan dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Susmono, seperti dikutip Tempo.co.


Data BPS pada tahun 2006 baru 55% rumah tangga yang memiliki akses sanitasi dan toilet secara memadai. Artinya, masih ada 100 juta masyarakat Indonesia yang hidup dengan akses sanitasi yang buruk. Dengan berbagai program, pada tahun 2008 sudah 69 % rumah tangga memiliki sanitasi yang baik. Angka itu sudah melampau target Millenium Development Goals (MDGs) yang hanya menetapkan 65,2 % dari rumah tangga di Indonesia. Tetapi, menurut Susmono, masih jauh dari harapan pemerintah yang semula mentargetkan angka 100% pada tahun 2009. (Tempo.co)

https://nasional.tempo.co/read/124746/31-200-kematian-balita-di-indonesia-akibat-sanitasi-buruk

Sanitasi menjadi tanggungjawab bersama. Upaya Indonesia makin sehat menjadi tantangan yang mesti dilakukan bersama-sama.  Hendaknya sanitasi di lingkungan sekitar kita semakin membaik.