lutfidejavu
"Heart like a book....."
Sebagai orang yang baru menjajaki Ibukota, mau pergi kemana-mana harus tanya sana sini untuk nyari alamat. Berasa Ayu Ting-Ting aja, heee. Dari mulai temen sekantor, tukang ojek, sopir, pedagang. Searching sana-sini. Yang penting jangan malu tanya deh. Sambil belajar mengerti jalanan Jakarta, waktunya share juga nih ke temen-temen yang belum tahu.
Minggu, 02 September 2018
Mamak kenut, Buka bersama Teknokra
Dalam perkembangannya, tokoh mamak kenut semakin pudar eksistensinya. Beberapa masyarakat Lampung pun semakin jarang yang mengenal tokoh ini. Untuk memperkenalkannya kembali, Udo Z Karzi, menerbitkan buku “Mamak Kenut, Orang Lampung Punya Celoteh.”
Selain bermaksud untuk mempererat silaturahmi antar-mahasiswa, juga ingin memperkenalkan kembali tokoh yang sempat tak dikenal ini. Sehingga peserta dapat meneladani kepribadian tokoh mamak kenut melalui bedah buku ini.
Pembantu Rektor III Unila Prof. Sunarto mengaku senang diundang dalam kegiatan ini dan mengapresiasi karya Udo Z. Karzi. “Bukan bukunya yang mahal, tapi ide dari suatu karya yang mahal,”
Pemimpin Umum Teknokra Dian Wahyu Kusuma mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk lebih mengenalkan dan melestarikan budaya tradisi budaya lampung, sebagai ajang silatuhrami antar Lembaga Pers Mahasiswa serta alumni UKPM Teknokra Unila, dan sebagai silahturahmi antar mahasiswa di Unila. Penulis mengawali karir menulisnya melalui Unit Kegiatan Pers Mahasiswa Teknokra Unila kemudian menjadi wartawan Lampost hingga dapat menulis kolom nuansa. Ia merupakan wartawan penyair yang pernah menerima Hadiah Sastra Rancage 2008.
Menurut Iqbal Hilal buku ini sangat bagus mengupas tentang sosial politik. “Udo piawai mengungkap, merakit peristiwa dari tokohnya,” tambah Hilal.
Bagi Oki Haziansyah masyarakat Lampung harus berbangga ada seseorang yang berdedikasi menunjukkan kebudayaan Lampung. “Isu-isu dalam buku juga mudah dipahami,” ucap Oki.
Ada yang menarik dalam kegiatan ini, sambil menikmati menu berbuka puasa tamu undangan yang hadir dihibur oleh Percussion and Cetik on the street oleh Sanggar Kerti Bhuana. (Teknokra.com)
Sanitasi Buruk, Konsentrasi Belajar Siswa di Sekolah Menurun
Sanitasi Buruk, Konsentrasi Belajar Siswa di Sekolah Menurun
DAERAH aliran sungai (DAS) di kawasan Pasir Gintung, Bandar Lampung tampak sampah berserakan. Pipa paralon menembus bawah tanah menuju sungai itu. Air sungai pada Sabtu (1/9) tak begitu deras. Tak jauh dari sungai, satu sekolah berdiri di lingkungan kumuh.
Kebersihan lingkungan turut andil dalam perliku siswa khususnya pada konsentrasi belajar. Yuli guru di Sekolah swasta di Kelurahan Pasir Gintung, Bandar Lampung itu heran dengan siswa didiknya. Sejak pagi, kelas baru dimulai, konsentrasi anak-anak untuk belajar dirasa kurang. “Kalau sudah siang okelah, tapi ini masih pagi konsentrasi belajar anak sudah turun,” ujar Yuli, Minggu (2/9).
“Kalau saya tanya apa ada yang bertanya, siswa banyak bengong, kalau anak cacingan saya belum tahu, tapi konsentrasi belajar siswa emang kurang, Bisa 90% siswa yang kurang kosentrasi belajar,” tuturnya.
Yuli menilai, masalah sanitasi cukup memprihatinkan dilingukungan sekitarnya. Meski begitu, tahun lalu masih ada siswanya yang berprestasi. “Kalau kahun ini belum ada,” ujarnya.
Kamis (30/8) lalu, Yuli bersama empat siswa didiknya mendapat pelatihan tentang sanitasi di Puskesmas. Pelatihan berbentuk permainan edukasi tentang sanitasi. Usai mengikuti pelatihan. Ia ingin membuat duta sanitasi bagi keempat siswa itu. Ia perhatikan, siswa yang mendapat pelatihan masih belum menanggapi. Yuli menyadari, sekolahnya yang berbatasan dengan aliran sungai dirasa kebersihannya masih kurang. “Disisi kanan dan kiri sekolah agak kumuh,” keluhnya.
Pedagang kaki lima disekolah juga kurang memeperhatikan keindahan, seperti tidak membuang sampah pada tempatnya. “Kami sudah menegur, bahwa kalau berjualan tolong sampahnya juga dibawa,” ujar Yuli.
Ia menjelaskan, beberapa kali pelatihan sanitasi tengah dilakukan disekolahnya. Namun, perhatian siswa ia rasa masih kurang. “Guru kelas tidak kurangnya memberi perhatian untuk membuang sampah pada tempatnya, siswa juga ada piket kelas,” ujar Yuli.
Ia menjelaskan, di sekolah juga telah dilakukan kerjabakti tiap bulan sekali di tiap minggu kedua di hari Jumat.
Warga Pasir Gintung, Inayah menuturkan dirinya sempat tak bisa makan ketika mengahdiri kajian agama rutin di lingkungan rumahnya di kampung empang. Ia mengaku, sanitasi warga yang buruk, membuat bau tak sedap di sekitar rumah saat kajian. “Maaf, saya tidak makam kue,” ujar Inayah, yang mnegaku tidak selera makan denagn bau tidak sedap itu.
Upaya sosialisasi sanitsai bukan hanya di Bandar Lampung saja, di DKI Jakarta upaya semacam pemberdayaan masyarkat tentang pentingnya sanitasi pula telah dilakukan. Seperti kegiatan #brightfuture Volunteer Day yang merupakan rangkaian dari Project Sunlight besutan PT Unilever Indonesia dan menjadi bukti nyata dari dukungan masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap kondisi sanitasi di Indonesia. Adapun, musisi sekaligus aktivis lingkungan Nugie membagi pengetahuannya soal nutrisi yang penting bagi pertumbuhan, termasuk kebiasaan menyikat gigi setiap pagi dan malam hari. Nugie mengatakan, masalah kebersihan bukan hanya berkaitan dengan kurangnya fasilitas, melainkan bisa juga karena kurang kesadaran masyarakat akan pentingnya sanitasi bagi kehidupan. (Sindonews.com)
https://lifestyle.sindonews.com/read/940201/152/edukasi-sanitasi-di-sekolah-dasar-1419141408
Banner sungai sekitar Kelurahan Pasir Gintung, Bandar Lampung pula telah dipasang. Namun kondisinya tak bisa terlihat karena sudah mulai rusak. Bandar lampung telah mempunyai Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 05 Tahun 2015
Tentang Pengelolaan Sampah. Isinya, pada pasal 44 menyebutkan setiap orang dilarang membuang sampah di siring, di jalan, dan di sungai. Sanksi pidana meliputi kurungan paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp2 juta.
Disisi lain, WHO melaporkan, tahun 2008 penyakit terkait air, sanitasi, dan higienis menyumbangkan 3,5 persen dari total kematian di Indonesia. Sementara Riskesdas 2007 menyebutkan, diare menjadi penyebab kematian pertama balita dengan kisaran 25 persen. "Ternyata, penyakit banyak diakibatkan oleh faktor air yang tidak bersih, dapat menyebabkan diare, kecacingan, tifus, pneumonia, infeksi paru berat, kaki gajah, hingga demam berdarah," jelas Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan dr Imran Agus Nurali SpKO saat jumpa pers Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Tahun 2015 di Kantor Kementerian Kesehatan, kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, seperti dikutip okezone.com.
https://lifestyle.okezone.com/read/2015/10/15/481/1232392/penyakit-akibat-air-kotor-dan-sanitasi-buruk
Dari 100.000 kematian anak usia di bawah lima tahun di Indonesia, 31% disebabkan oleh diare. Penyakit itu muncul akibat buruknya sanitasi atau sistem pengolahan dan pembuangan limbah rumah tangga khususnya manusia.
"Angka riilnya mencapai lebih dari 31.200 balita," kata Direktur Pengembangan dan Penyehatan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum Susmono, seperti dikutip Tempo.co.
Data BPS pada tahun 2006 baru 55% rumah tangga yang memiliki akses sanitasi dan toilet secara memadai. Artinya, masih ada 100 juta masyarakat Indonesia yang hidup dengan akses sanitasi yang buruk. Dengan berbagai program, pada tahun 2008 sudah 69 % rumah tangga memiliki sanitasi yang baik. Angka itu sudah melampau target Millenium Development Goals (MDGs) yang hanya menetapkan 65,2 % dari rumah tangga di Indonesia. Tetapi, menurut Susmono, masih jauh dari harapan pemerintah yang semula mentargetkan angka 100% pada tahun 2009. (Tempo.co)
https://nasional.tempo.co/read/124746/31-200-kematian-balita-di-indonesia-akibat-sanitasi-buruk
Sanitasi menjadi tanggungjawab bersama. Upaya Indonesia makin sehat menjadi tantangan yang mesti dilakukan bersama-sama. Hendaknya sanitasi di lingkungan sekitar kita semakin membaik.
Rabu, 07 Mei 2014
Wisata Zaman Belanda Ala Kota Tua
Awalnya bingung mau ke Kota Tua yang nyaman naik apa ya.
Naik busway? Angkot? atau Kereta? Karena hari itu, 1 Mei bertepatan dengan hari
Buruh Nasiaonal. Jadilah jalanan di Jakarta macet parah. Naik busway jadi hal
yang nggak memungkinkan dari arah Slipi Petamburan ke Kota Tua. Akhirnya
setelah nanya temen, ternyata ada angkot dan kereta yang sampai langsung ke
Kota Tua dari Tanah Abang. Cuuuus deh sama Temen ke Tanah Abang naik angkot M09
atau M11 juga bisa.
Sampai di Tanah Abang, lanjut jalan ke stasiun Tanah Abang,
baru mau ngantri ke loket tiket, kita udah nggak sanggup ngeliat kerumunan
orang memenuhi stasiun. Balik arah deh, akhirnya kita naik angkot M08 Jurusan
Tanah Abang-Kota. Untung aja nggak macet karena demo buruh. Sampai di Kota Tua
kita jalan-jalan deh ke Pasar Esemka. Nggak jauh kok dari stasiun kota tua atau
halte busway. Masih bisa dicapai pakai jalan kaki. Nggak nyesel kok, coz
barang-barang di sana tergolong murah-murah. Bantal leher aja yang di pasaran
sekitar 50-75, di Esemka Cuma 20.000. Masker penutup hidung yang dijual 5000
satu, di sana 10.000 bisa dapet 4. Kalau nggak mau boros, bawa uang secukupnya
aja, coz kemungkinan bakalan tergoda ngeliat barang-barang murah di Esemka.
Jilbab, sandal, boneka, frame, gantungan kunci, tas, alat-alat sekolah yang
lucu-lucu. Soal harga masih bisa nego.
Setelah dari Pasar Esemka, waktunya take a picture. Kalau ke
Kota Tua wajib foto-foto deh. Bisa gaya pakai balon-balom atau pakai sepeda
plus topinya. Di sana, ada penyewaan sepeda, 30 menit dihargai 20 ribu.
Foto-foto sama patung hidup ala Kota Tua juga ada. Kamu tinggal pilih mau foto
sama nona-nona belanda, tentara, ondel-ondel atau dengan tokoh pantomim.
Tenang, nggak ditentukan tarif kok, yang mau foto tinggal kasih saja
seikhlasnya. Ada keranjang kecil yang khusus diletakkan di depan patung.
Nggak cuman soal foto-foto, di Kota Tua juga banyak
aksesoris yang di jual, kalung, gelang, cincin, topi. Tinggal pilih deh.
Makanan? Apalagi soal itu, es dugan, es selendang mayang, es krim, es durian,
pecel, gorengan, cilok, kentang, buah anggur, petisan, rujak bebek, kue pancong,
kentang goreng, harum manis, rambut nenek, otak-otak. Kalau nggak kuat, bisa
jebol deh kantong. Berhubung hari udah sore, kita pulang deh naik busway dari
Kota Tua, transit di Harmony, transit lagi di Grogol 2, trus sampe deh di halte
slipi Petamburan.
Ada cerita lain nieh ke Kota Tua, berhubung belum puas
jalan-jalan ke Kota Tua, libur selanjutnya balik lagi ke sana. Dan ternyata,
dari Slipi Petamburan ada angkutan yang bisa langsung ke Kota Tua. Dia adalah Kopaja
86. Ya Ampun, kalau tahu, kan nggak perlu ke Tanah Abang dulu. Oh iya, tapi
berhubung hari yang lalu ada aksi hari buruh, tetep macet, maka pilihan ke
Tanah Abang dulu tepat. Menghindari kemacetan Jakarta yang bisa bikin stress.
Numpang ngeksis di Kota Tua
Numpang ngeksis di Kota Tua
Minggu, 04 Mei 2014
Ayat-Ayat Kyoto
Pertama kali mendengar lirik sajak ini, entah kenapa jadi
tersentuh. Menurutku maknanya dalem. Sajak tentang
perasaan cinta yang dramatis, berlatar kota Kyoto. Tentang kehilangan seseorang
yang amat disuka, dan menyisakan
kenangan-kenangan tentang seseorang itu.
Segala yang
mendidih dalam kepala
Tidak nyata,
kecuali sakura
Dan Kau, tentu saja
Gerimis musim semi
Tengkorakku retak
Kau pun
menetes-netes di ke otak
Kita sakura,
Gugur sebelum musim
semi
Tak terlacak pula
-Sapardi Djoko Damono-
Langganan:
Postingan (Atom)